Film “Mars” ini menceritakan tentang sebuah keluarga kecil dan miskin di daerah Gunungkidul. Tupon (Kinaryosih) adalah istri dari seorang pria yang bekerja sebagai buruh angkut batu (Teuku Rifnu Wikana). Mereka memiliki seorang putri yang diberi nama Sekar Palupi. Tupon dan suaminya bekerja membanting tulang untuk masa depan Sekar, agar anak semata wayangnya bisa mengenyam pendidikan yang layak, tidak seperti mereka. Namun Tupon harus rela kehilangan suaminya yang meninggal karena kecelakaan kerja.
Kini, Tupon sendirian membesarkan Sekar dan berusaha agar putrinya bisa terus sekolah. Sikap ini ia tularkan pada Sekar agar putrinya tersebut tidak mudah menerima nasib yang mereka jalani. Berusaha dan berdoa adalah jawaban dari takdir. Karena semua keinginan bisa dicapai melalui ilmu pengetahuan. Tupon melewati kerasnya hidup dengan kecerdasan emosional yang dimilikinya. Ia percaya bahwa Tuhan selalu bersama orang-orang yang mau bekerja keras dan berikhtiar. Semangat inilah yang menempanya untuk membesarkan Sekar agar menjadi manusia yang memiliki masa depan lebih baik dari dirinya. Sang ibu yang buta huruf itu membawa Sekar untuk melihat alam semesta. Ia selalu menunjukkan “lintang lantip” (bintang yang cerdas) adalah planet Mars. Sang ibu selalu berkata bahwa Sekar bisa kesana dengan ilmu pengetahuan.